Sejarah Keris Pusaka di Nusantara

keris Keris adalah jenis budaya pendek Austronesia yang digunakan lebih dari 600 tahun yang lalu. Budaya-budaya ini unik di dunia Melayu dan dapat ditemukan di daerah berukuran Melayu seperti Indonesia, Nusantara, Singapura, Thailand Selatan, Filipina Selatan, dan Brunei. Nama yang digunakan untuk keris berbeda-beda di setiap daerah seperti sundang di Mindanao, kerut di Bali dan kareh di Sumatera. Kata keris konon berasal dari bahasa jawa kuno yaitu rona nakal yang berarti ikat pinggang. Hal ini mengacu pada sosok ikat pinggang di kepala keris pada tahap awal. Keris digunakan untuk pertahanan diri dan sebagai alat kerajaan. 
Budaya ini juga merupakan lambang kedaulatan orang Melayu. Keris yang paling terkenal adalah keris Taming Sari yang merupakan budaya dari Hang Tuah, seorang pendekar melayu yang terkenal. Keris berasal dari kerajaan Sriwijaya Kepulauan Jawa dan deskripsi keris ditemukan di Candi Borobudur. Keris kuno digunakan antara abad ke-9 dan ke-14. Budaya ini dibagi menjadi tiga bagian, yaitu mata, kepala dan sarung. Menurut lapak keris terjangkau (2021)Keris, atau dikenal sebagai keris, adalah keris khas Indonesia yang asimetris yang menyebar dari pulau Jawa ke banyak bagian nusantara seperti Sumatra, Bali, Lombok, Sumbawa, Sulawesi Selatan, Kalimantan, dan Asia Tenggara. daerah yang sekarang dikenal sebagai Nusantara, Brunei, Filipina Keris Nusantara adalah keris tradisional berbilah lurus atau melengkung yang merupakan komponen penting dari pakaian upacara dalam budaya Melayu. Desain bergelombang dari bilah sempit menciptakan luka besar dan parah yang jarang sembuh dari korban. 
Selain itu, beberapa keris legendaris diyakini memiliki kekuatan magis untuk menambah ketakterlawanannya. Yang paling terkenal diberi nama mereka sendiri. Untungnya saat ini mereka lebih dianggap sebagai simbol status dekoratif dan jarang digunakan sebagai budaya. Desain dapat berkisar dari yang sederhana hingga yang sangat berornamen dan bertatahkan permata, dengan biaya puluhan ribu dolar. Bagian paling khas dari keris adalah bilahnya, yang biasanya terbuat dari besi atau baja yang dilas dengan pola dan sering dihiasi dengan desain yang indah. Gagangnya biasanya terbuat dari kayu tetapi terkadang dari tanduk, tulang atau gading. Mereka sering diukir secara dekoratif menjadi hewan, burung, atau makhluk mitos seperti garuda. Sarung biasanya terbuat dari kayu, kadang-kadang dilapisi logam. Sarungnya memiliki potongan kayu lebar, seringkali berbentuk perahu, untuk melindungi pelindung pada bilahnya. 
Beberapa mengatakan keris berasal dari abad ke-14 Kerajaan Majapahit di Jawa, di mana mereka digunakan untuk upacara keagamaan daripada pertempuran. Keterampilan pandai besi dianggap magis. Keris dianggap sebagai pusaka suci. selatan, Thailand selatan, dan Singapura. Baik sebagai budaya maupun benda spiritual, menurut para pen digunakan untuk pajangan, sebagai jimat yang memiliki kekuatan gaib, budaya, pusaka yang disucikan, perlengkapan pembantu prajurit istana, asesoris pakaian upacara, penunjuk status sosial, dan/atau lambang kepahlawanan. Orang Indonesia cukup percaya takhayul dan keris sering dianggap memiliki esensi atau kehadiran, dengan beberapa bilah memiliki keberuntungan dan yang lain memiliki nasib buruk. 
Seiring waktu, spiritualitas dan mitologi yang kaya telah berkembang di sekitar belati. Istilah "keris" diyakini telah berevolusi dari kata Jawa kuno ngeris yang berarti 'menusuk' atau 'menusuk'. Keris adalah terjemahan Eropa dari istilah Jawa ini dan, sementara keris lebih sering digunakan dari keduanya di dunia Barat, "keris" adalah ejaan yang disukai di sini dan di negara asal belati.